Kamis, 01 Desember 2016

Jangan Asal Kuliah... Ijazah Sarjana Saja Tak Cukup Buat Kerja!

Jangan Asal Kuliah... Ijazah Sarjana Saja Tak Cukup Buat Kerja!

Baca Juga





Lulus kuliah dan menggenggam gelar sarjana ternyata tak selalu berarti siap masuk dunia kerja. Delapan dari sepuluh perusahaan di Indonesia, menurut Riset Willis Tower Watson Indonesia, mengaku kesulitan mendapatkan lulusan perguruan tinggi yang siap pakai.

Padahal, data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan pengangguran sarjana di Indonesia meningkat dari 653.586 pada Agustus 2015 menjadi 695.304 orang pada Februari 2016. Ada apa?

"Salah satu penyebab lulusan perguruan tinggi di Indonesia sulit mendapat pekerjaan adalah belum memiliki skill yang dibutuhkan perusahaan," kata Consultant Director Willis Tower Watson Indonesia, Lilis Hakim, seperti dikutip Kompas.com, Sabtu (23/4/2016).

Menurut Lilis, skill adalah modal awal untuk memasuki dunia kerja. Termasuk di dalamnya, sebut dia, adalah kemampuan digital, berpikir dalam banyak skenario, dan penguasaan bahasa asing. 

Kemampuan digital, papar Lilis, merupakan salah satu prasyarat paling penting bagi lulusan perguruan tinggi untuk bekerja pada era modern seperti sekarang. 

Berbekal kemampuan ini, mereka diharapkan mampu mencari, mengevaluasi, memanfaatkan, membagikan, dan membuat konten dengan menggunakan bantuan teknologi informasi.

Kebutuhan berikutnya yang juga mendasar, lanjut Lilis, adalah komunikasi, terutama komunikasi tertulis. Beragam riset lain juga menyatakan hal serupa.

Riset dari National Association of Colleges and Employers (NACE) pada 2015, misalnya, mendapati 70,2 persen dari 201 manajer yang menjadi respondennya mengaku mencari calon karyawan dengan mempertimbangkan kemampuan komunikasi tulisan. 

Pegawai dengan keterampilan yang baik dalam hal ini dianggap dapat membawa perusahaan ke posisi lebih baik.

Pendiri perusahaan konsultasi bisnis Basecamp, Jason Fried, sempat pula menyatakan, kemampuan menulis juga berkorelasi dengan kemampuan menyederhanakan persoalan rumit sehingga bisa dimengerti banyak orang.




“Orang dengan kemampuan menulis baik, umumnya juga mampu memosisikan diri pada posisi orang lain, jadi bisa mencairkan suasana tegang,” ucap Fried seperti dikutip Kompas.com, Senin (31/10/2016).

Riset NACE juga mendapati, sekitar 80,1 persen responden mencari kandidat yang memiliki kemampuan kepemimpinan, dan 78,9 persen responden mengutamakan keterampilan calon karyawan untuk bekerja dalam tim. 

Dengan kata lain, kata riset ini, calon karyawan perlu memiliki keahlian komunikasi interpersonal, selain kemampuan pemecahan masalah dan kreativitas. 

Sejak kuliah

Merujuk semua riset tersebut, pencari kerja harus lebih menyiapkan diri tak sekadar berbekal ijazah. Tentu saja, persiapan untuk itu tak bisa instan. Setidaknya sejak kuliah, keahlian yang sekiranya dibutuhkan untuk bekerja itu sudah harus diasah.

Karenanya, memilih kampus yang tepat untuk kuliah bisa jadi langkah awal. Selain kurikulum dan program studi, para siswa yang berniat melanjutkan kuliah sebaiknya juga menggali metode pengajaran yang diterapkan di kampus idaman. 

Pastikan kampus tersebut sudah membangun sistem baku untuk pengajaran dan standar fasilitasnya, seperti dapat dijumpai di Sampoerna University. 

Di kampus ini, misalnya, para mahasiswa dikenalkan sejak dini pada penggunaan aplikasi komputer untuk aktivitas kuliah dan pengerjaan tugas sehari-hari. 

“Mahasiswa biasa ditugaskan membuat presentasi dengan menggunakan aplikasi komputer, untuk melatih kemampuan digital sekaligus keahlian komunikasi,” kata Wakil Rektor Sampoerna University, Gunawan Alif, ketika dihubungi Kompas.com, Kamis (17/11/2016).

Tugas-tugas dengan perhitungan rumit dalam mata kuliah ekonomi, lanjut Gunawan, juga diminta dikerjakan memakai program komputer yang dirancang untuk itu. 

Demikian pula halnya untuk pengumpulan data riset, para mahasiswa dikenalkan dengan penggunaan aplikasi pengumpul dokumen yang bisa dibuka oleh banyak orang secara bersamaan. 

Sampoerna University, kata Gunawan, sengaja menyediakan fasilitas Wi-Fi untuk memastikan para mahasiswa mendapat akses luas internet selama berada di kampus. "(Karenanya), mahasiswa terbiasa membawa laptop sendiri dan mengerjakan tugas di kampus,” ujar dia.




Adapun untuk peningkatan kreativitas, ungkap Gunawan, kampusnya mendorong mahasiswa mengikuti lomba, seminar, atau konferensi internasional. 

Dari kegiatan seperti ini, kata dia, mahasiswa diharapkan memperoleh beragam ilmu baru yang bisa mengasah kreativitas dan juga inovasi.

“Kampus juga bisa mengundang CEO perusahan besar agar mahasiswa termotivasi untuk menggapai impian mereka,” imbuh Gunawan.

Bersamaan dengan itu, lanjut Gunawan, penugasan untuk mahasiswa juga kebanyaan diberikan dalam bentuk studi kasus. Selain kreativitas, model penugasan ini bakal melatih mahasiswa untuk analisis dan pemecahan masalah.

“Tugas studi kasus diberikan dalam bentuk aktivitas diskusi kelompok di dalam kelas. Mahasiswa pun terlatih untuk bekerja sama dalam kelompok,” kata Gunawan.

Adapun sebagai peletak dasar kemampuan menulis para mahasiswa, Gunawan menyebutkan, hampir semua mata kuliah di kampusnya mewajibkan penulisan makalah.

“Tugas makalah ini dibuat dalam bahasa Inggris karena memang semua materi kuliah disampaikan dalam bahasa ini. Kami sadar bahwa kemampuan bahasa asing di dunia kerja saat ini cukup penting,” ucap Gunawan.

Menurut Gunawan, semua upaya dan kebijakan di kampusnya berjawab dengan data. Setidaknya, sebut dia, 94 persen lulusan kampusnya mulus masuk dunia kerja dalam tenggat waktu maksimal enam bulan selepas wisuda.

Bila kemampuan yang dibutuhkan untuk bekerja sudah terlatih dan terasah sejak kuliah, tak perlu khawatir lagi bakal kesulitan masuk dunia kerja, bukan?


Related Posts

Jangan Asal Kuliah... Ijazah Sarjana Saja Tak Cukup Buat Kerja!
4/ 5
Oleh